

Sebagai organisasi intelektual yang didirikan oleh Tionghoa non-muslim, tak jarang sering dikritik oleh kelompok-kelompok Islam dan pribumi atas kebijakan yang diambil oleh Orde Baru. Baca juga : Panglima TNI Tanggapi Berita Media Asing Selain itu, CSIS didapuk Soeharto sebagai ‘tanki pemikirnya’. Saudara dan Kerabat Tutut yang lain juga mulai merambah Timor Leste sehingga gerakan mereka lebih dikenal sebagai ‘P3 (Putri Putri Presiden)’. Tutut sendiri berhasil menyingkirkan Robby Sumampouw dari bisnis kopi dan tambang marmer di Manatuto. Sekitar tahun 1994, setelah jatuhnya Jenderal Benny Murdani dan munculnya Mayor Jenderal Prabowo Subianto sebagai penjaga keamanan keluarga Suharto, bisnis anak-anak Suharto mulai berkembang pesat di koloni Indonesia ini. Yusuf Wanandi – salah satu pendiri CSIS (Foto: ) Hal ini menyebabkan proyek-proyek pembangunan di Timor Leste diatur oleh dan untuk tentara saja, tanpa memperhatikan mutu kehidupan masyarakat setempat. Kala itu, Benny dibantu oleh Markus Wanandi, seorang pastur di Timor Leste yang juga adik dari orang Centre for Strategic and International Studies (CSIS) – Yusuf Wanandi. Mereka turut dibantu oleh dua bersaudara dari suku Tionghoa, Robby dan Hendro Sumampouw untuk membiayai operasi militer di Timor Leste dengan memonopoli pembelian dan ekspor kopi. PT Denok didirikan oleh tiga serangkai, Benny Moerdani, Dading Kalbuadi dan Sahala Rajagukguk. PT Batara Indra Group ini berkongsi dengan PT Denok Hernandes Indonesia. Robby Kette atau Robby Sumampouw (berbaju garis-garis biru) saat mengikuti persidangan di Pengadilan Negeri Solo (Foto: ) Ketiga perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Batara Indra Group yang didirikan oleh Robby Kette pada tahun 1979. Selain itu, tambang marmer dikelolah oleh PT Marmer Timor Timur. Sedangkan untuk penyulingan minyak cendana ditangani oleh PT Scent Indonesia. Selain itu, produksi kopi Timor timur menjadi salah satu peluang para ‘cukong’ untuk mengais rejeki.Produksi kopi dimonopoli oleh PT Denok Hernandes Indonesia, Pembangunan di Timor Leste turut dipengaruhi oleh pendekatan militer. Geliat para konglomerat hitam telah terendus sejak zaman Soeharto. Mungkinkah para investor masa kini yang berkiprah di NTT merupakan ‘titisan’ dari para konglomerat hitam Orde Baru (Orba)? Dari Robby Kette Lalu CSIS Hingga Setnov Para ‘konglomerat hitam’ ini mengeruk bumi NTT untuk kepentingan sepihak tanpa memperhatikan nasib masyarakat. Rupanya kiprah para investor di NTT telah dimulai sejak zaman Soeharto. Selain itu, akan dibangun pabrik perpipaan di kawasan Industri Bolok Kabupaten Kupang dan pabrik minyak dan gas di Pantai Selatan Kabupaten TTS. Saat ini sejumlah investor sedang berinvestasi di daerah itu, diantaranya, tambak garam di Kabupaten Malaka dan Timor Tengah Selatan oleh PT Inti Jaya Jakarta.Īda juga pabrik tebu yang siap dibangun di Kabupaten Sumba Timur dan rencana pembangunan perkebunan cengkeh di Kabupaten Sumba Barat Daya. Komoditas sumber daya alam yang beragam menyebabkan NTT diminati banyak investor dari dalam negeri maupun mancanegara.

Melihat hal ini, apa yang menyebabkan Viktor ‘berani’ berbicara demikian? Selain karena kepentingan politis, apakah turut terselip kepentingan bisnis terhadap potensi alam di NTT? Politik rente menguasai NTT? Cara dan apa yang dikatakan Victor itulah yang tidak Pancasilais,” ujar Sodik di Jakarta, Selasa ().

“Jangan manipulasi opini menjadi terbalik, Viktor bela Pancasila dan yang melawan Viktor anti-Pancasila. Dia menilai pernyataan Viktor tidak menunjukkan sikap Pancasilais. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Sodik Mujahid mengomentari pidato politikus Nasdem Viktor Laiskodat terkait empat partai (Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat) yang ingin membuat negara khilafah. Di balik Pidato Viktor Laiskodat, apakah diselubungi kepentingan politis dan bisnis? Selain itu, dunia politik Indonesia, terutama NTT tengah digoncang oleh pernyataan Viktor Laiskodat yang dinilai menyudutkan Gerindra dan partai-partai oposisi lainnya. Perang Rente Nasdem vs Gerindra di NTT? K32 Diklaim memiliki potensi bisnis yang menjanjikan, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi target para investor untuk berinvestasi.
